MASALAH KESEHATAN GIGI
PADA ANAK
Kesehatan
gigi dan mulut merupakan hal yang penting dalam kehidupan setiap individu
termasuk pada anak, karena gigi dan gusi yang rusak dan tidak dirawat akan
menyebabkan rasa sakit, gangguan pengunyahan, dan dapat mengganggu kesehatan
tubuh lainnya. Masalah gigi dan mulut pada anak dapat juga berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
Berdasarkan data dari Riskesdas Tahun 2007 dan 2013, persentase perilaku
penduduk umur 10 tahun ke atas yang menyikat gigi dengan benar dari 7,3%
ditahun 2007 menurun menjadi 2,3% di tahun 2013. Hal ini menjadi masalah,
karena salah satu cara pencegahan yang efektif terhadap terjadinya penyakit
karies dan periodontal yakni melalui tindakan menyikat gigi.
Berikut ini adalah beberapa masalah gigi
dan mulut pada anak yang paling sering dialami:
1. Gigi tumbuh
Biasanya, pada proses gigi tumbuh anak akan memproduksi
banyak air liur. Sudah tentu ia akan merasa tak nyaman pada bagian gusinya. Dan
jika diperhatikan akan terlihat adanya kemerahan dan sedikit bengkak.
Pada pertumbuhan gigi susu, tingkah anak yang suka menggigit atau
mengunyah benda keras adalah usaha alami untuk membantu jalan keluarnya
pertumbuhan gigi. Anak dapat dibantu dengan pereda nyeri apabila ia susah tidur
dan tidak mau makan. Namun, untuk pemberian obat apa pun sebaiknya
konsultasikan dulu kondisi anak ke dokter.
2. Sariawan
Ketika belum memiliki gigi susu, anak pasti
mengonsumsi makanan lunak atau cair. Ketika anak berlum memiliki gigi, tak
jarang orang tua berasumsi bahwa membersihkan rongga mulut anak dirasa tak
perlu. Padahal, ini sangat penting karena gusi anak yang rentan dan lidahnya
dapat menjadi sarang bakteri atau jamur. Jika ini terjadi, dapat timbul masalah
seperti sariawan yang kemunculannya akan sangat mengganggu anak akibat adanya
lesi di mulut. Aktivitas anak pun jadi terganggu.
Bagi para orang tua, yang paling baik adalah selalu
membersihkan rongga mulut anak, gusi, dan lidah dengan kain atau sikat halus.
Dengan menjaga kebersihan rongga mulut anak setiap pagi dan malam, risiko
terjadinya sariawan pada anak dapat dicegah.
3. Gigi berlubang
Apabila sejak kecil anak sudah dibiasakan untuk dibersihkan rongga
mulut lidah dan giginya, maka sebenarnya tidak ada alasan untuk terjadi lubang
gigi, apalagi gigi gerepes. Lubang gigi ini disebut juga dengan karies gigi.
Anak kecil memang lebih rentan mengalami gigi berlubang. Dengan hanya mengalami
penurunan pH sedikit (6,5) pada mulut, anak dapat mengalami masalah lubang
gigi.
Untuk mencegah terjadinya kondisi ini, pemeriksaan berkala ke dokter gigi
harus sejak dini dilakukan, Jadi apabila terdeteksi ada gigi yang baru
berlubang sedikit, maka bisa segera ditambal tanpa anak merasakan sakit ketika
dilakukan penambalan oleh dokter gigi. Penanganan dini ini juga berdampak baik
terhadap psikologis anak. Ia dapat tumbuh dewasa tanpa harus takut ke dokter
gigi.
4. Gigi patah
Anda sebagai orang tua pasti tak ingin hal buruk
terjadi pada buah hati. Namun, apabila secara tak sengaja anak mengalami patah
gigi, segera bawa anak ke dokter gigi. Gigi yang mengalami cedera tersebut
biasanya akan diperiksa dengan radiologi. Tujuannya untuk menentukan
posisi patah dari gigi tersebut. Apakah gigi yang patah tersebut sudah mencapai
sarafnya atau masih di bagian dentin. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, dokter
gigi kemudian dapat menentukan apakah gigi patah tersebut bisa segera ditambal
atau dirawat saluran akarnya.
5. Radang gusi
Radang gusi sering terjadi pada balita yang mengalami
kekurangan vitamin C atau perawatan gigi yang buruk. Biasanya radang gusi
ditandai dengan adanya gusi berdarah dan sariawan. Untuk mencegah terjadinya
kondisi ini, pastikan asupan nutrisi anak tercukupi sekaligus menjaga
kebersihan mulutnya. Pada rongga mulut anak juga bisa terbentuk karang gigi.
Oleh karena itu, pemeriksaan berkala dan pembersihan karang gigi juga penting
untuk anak.
6. Gigi maju (tonggos)
Banyak kebiasaan buruk pada anak yang dapat menyebakan masalah gigi
tonggos, seperti mengisap jari, bibir bawah, atau menggunakan dot hingga usia
lebih dari 3 tahun. Ketiganya berkontribusi terhadap meningkatnya risiko gigi
tonggos. Tekanan ketika mengisap akan terdistribusi pada langit-langit mulut,
sehingga menyebabkan gigi terdorong ke depan.
Jika kebiasaan buruk tersebut bisa cepat dihentikan,
masih ada kemungkinan posisi gigi akan baik dengan sendirinya
(self-correction). Namun, jika kebiasaan buruk ini terus dilakukan, maka gigi
yang terdorong ini akan sulit untuk kembali ke posisi semula. Bukan tak mungkin
gigi tersebut justru akan membutuhkan perawatan khusus ortodontik.
7. Susunan gigi tidak rapi
Selain herediter (menurun secara genetik dari orang
tua), masalah gigi dengan susunan tidak rapi juga dapat disebabkan apabila ada
gigi susu yang tanggal lebih dulu. Ruangan bekas gigi yang dicabut harus tetap
dipertahankan untuk tempat pertumbuhan gigi tetapnya nanti. Biasanya, dokter
gigi akan membuatkan space maintaner untuk memastikan ruang tersebut
terjaga.
Pertumbuhan dari gigi ini akan memengaruhi bentuk
rahang. Demikian pula untuk gigi susu yang persisten (tidak mau tanggal,) gigi
tetap bisa terpaksa keluar ke arah yang tidak semestinya sehingga pertumbuhan
gigi anak terlihat berjejal. Gigi susu yang persisten ini perlu bantuan dokter
gigi untuk mencabutnya, sehingga posisi dari gigi tetap akan tumbuh ke arah
yang semestinya.